Monday, October 25, 2010

Jepang dan India Tingkatkan Kerjasama Ekonomi

TOKYO - Para pemimpin India dan Jepang menandatangani perjanjian pada hari Senin untuk meningkatkan perdagangan dan setuju untuk mempercepat perundingan menuju kesepakatan energi nuklir - meskipun Jepang sebenarnya agak sensitif dengan insiden ledakan pada tes atom India.

Perdana Menteri India Manmohan Singh menyebut kesepakatan yang dirundingkan selama empat tahun tersebut sebagai sebuah "prestasi bersejarah."

Dalam kesepakatan yang disetujui oleh perlemen Jepang tersebut, pihak mereka harus memberikan harga miring atas barang-barang dan onderdil mobil serta memperkenalkan langkah-langkah untuk mempromosikan investasi dan cara menangani hak kekayaan intelektual.

"Ini akan membuka peluang bisnis baru dan menyebabkan peningkatan kuantum dalam arus perdagangan dan investasi antara kedua negara kita," kata Singh pada konferensi pers bersama dengan Perdana Menteri Jepang, Kan Naoto.

Penempaan pakta semacam ini semakin menjadi prioritas untuk Jepang, yang merasa tertinggal atas saingan mereka Korea Selatan.

Kesepakatan juga bisa menjadi langkah menuju mengurangi ketergantungan berat Jepang di pasar Cina setelah sengketa pulau antara Beijing dan Tokyo menyebabkan protes anti-Jepang di China, beberapa kelompok bahkan menyerukan boikot produk Jepang.

Kan dan Singh juga sepakat untuk mempercepat perundingan menuju kesepakatan kerjasama nuklir yang akan memungkinkan perusahaan-perusahaan Jepang untuk mengekspor teknologi tenaga nuklir generasi terbaru dan peralatan terkait ke India - sebuah dorongan untuk ekonomi Jepang yang lesu.

Tapi penolakan India untuk menandatangani Traktat Non-Proliferasi Nuklir telah menimbulkan beberapa oposisi publik terhadap keputusan Tokyo untuk mengejar perundingan dengan India mengenai masalah ini.

Kan mengatakan ia menyatakan dengan jelas dalam pembicaraan dengan Singh bahwa India memahami perasaan masyarakat di Jepang sebagai satu-satunya negara yang menderita serangan bom atom.

Sementara India mengumumkan moratorium percobaan nuklir lebih lanjut, Jepang menginginkan New Delhi untuk lebih eksplisit pada komitmen tersebut. Kedua belah pihak juga bekerja untuk memutuskan konsekuensi India dalam melakukan uji coba nuklir yang lain.

New Delhi telah menghadapi larangan perdagangan nuklir sejak melakukan uji atom pertama pada tahun 1974 dan menolak untuk menandatangani kesepakatan nonproliferasi. Hal ini mulai muncul dari isolasi nuklir pada tahun 2008 ketika menandatangani perjanjian kerjasama nuklir dengan Amerika Serikat. 45 negara yang tergabung dalam Group Pemasok Nuklir kemudian mencabut larangan global selama tiga dekade atas perdagangan nuklir dengan India.

Kedua pemimpin juga menandatangani memo kesepahaman pada penyederhanaan visa yang ditujukan untuk meningkatkan pariwisata dan pertukaran pendidikan.